Gegap gempitanya tidak terasa di Indonesia ketika akhir April lalu teleskop Hubble genap berusia 20 tahun di antariksa. Memang di sinilah ironinya. Ketika bangsa lain telah melambung jauh dalam upaya memahami semesta, bangsa kita terpuruk dalam persoalan keseharian yang tidak membanggakan: pertikaian, kemiskinan, dan korupsi yang tiada habisnya.
Tak ada yang pernah menduga, kehadiran teleskop Hubble telah menjawab pertanyaan manusia yang paling mendasar tentang pembentukan alam semesta, tata surya, Bumi, dan terutama asal usul manusia. ”Kuncinya ada pada temuan bahwa bintang-bintang yang baru lahir mengandung elemen kimia yang sama dengan penyusun tubuh manusia,” kata John Grunsfeld, mantan astronot yang tiga kali ikut misi perbaikan teleskop Hubble, seperti dikutip CNN. Dalam hal pemahaman alam semesta, citra-citra yang dikirim teleskop Hubble juga memberi kontribusi luar biasa. Kosmologi yang dulu spekulatif karena tingkat ketidakpastiannya tinggi—di atas 50 persen—kini menjadi sangat terukur dengan tingkat ketidakpastian kurang dari 10 persen.
Seperti diungkapkan Dr Premana W Premadi, peneliti bidang kosmologi, teori, komputasi, dan pengajar Jurusan Astronomi Institut Teknologi Bandung, teleskop Hubble telah membuat apa yang disebut konstanta Hubble semakin akurat. Konstanta Hubble adalah parameter untuk menghitung laju pengembangan alam semesta.”Dengan tingkat ketelitian konstanta Hubble seperti sekarang, bisa ditentukan bahwa umur semesta 13,7 miliar,” kata Premana. Kemampuannya menangkap obyek-obyek yang jauh juga menghasilkan citra-citra galaksi saat semesta masih muda. Inilah yang memberi pengetahuan tentang bagaimana alam semesta bertumbuh kembang.
Bisa dikatakan, Teleskop Hubble adalah mesin waktu yang membawa para astronom ke masa lalu, menengok bagaimana persisnya embrio galaksi 14 miliar pada tahun sebelumnya. Hubble bahkan memotret bintang- bintang yang berumur ”hanya” 600 juta tahun pasca-Dentuman Besar (Big Bang).
sumber : kompas.com
0 komentar:
Posting Komentar